Thursday 21 May 2015

Terdampar di Malioboro

            sudah lama memang gak post sesuatu, mungkin kali ini gw pengen aja share pengalaman gue waktu "terdampar" di malioboro. Jujur gk boong walau gue orang magelang yang sedikit mepet ke Jogja, gue termasuk jarang banget mampir ke jalan ini.
lagipula gue pindah ke ibu kota yang lebih kejam dari ibu tiri ini (katanya) udah lebih dari 6 tahun lebih dan sekarang gue masih di sini. jadi bagi gue ke kampung halaman bisa dibilang malah kayak kita lagi melancong bukan kita kembali kerumah. (hahaha..).
tidak banyak tau gue soal malioboro, yang gue tau ya dia padat dan banyak pedagang kaki lima yang kalo disana biasa disebut Perko (emperan toko).
            Ni pengalaman gue ya, waktu gue jalan-jalan ma istri gue dan berniat membeli tas kecil / tas tenteng. di tempat pertama gue samperin, lalu tanya harga.. ok sambil milih, istri gue milih gue coba tanya n nawar, yaa berhubung gue org jawa ya gue ajak ngomong jawa, eeh gak taunya yang jual nimpali gue pke bahasa indonesia dengan logat yang jelas bukan logat jogja. dengan muka bingung dia mencoba menerjemahkan yang gue katakan. setelah gue tau dia kesusahan oke gue pke bahasa indonesia. tawar menawar alot n gak ketemu harga yang cocok gue m istri pindah lapak.
tempat kedua kali ini ditunggu ibu-ibu, kembali lagi lah gue ajak ngomong jawa, ehh sama juga. dan tempat kedua gak ketemu harga yang cocok pindahlah kami ke lapak ketiga.
ditempat ketiga ini agak sedikit berbeda, yang tunggu bapak-bapak, dan dia bahasa jawa tapiiiiii belum begitu fasih.
           maka dari situ kadang gue berpikir dan sempat khawatir aja kalau Jogja "hilang kekhasannya", begitu banyak pendatang dan orang dari luar masuk ke Jogja, bukan berarti Jogja tertutup dari dunia luar namun banyak peran serta yang dilakukan untuk mempertahankan Keistimewaan Jogja. gue jujur sangat cinta dan nyaman banget di Kota Gudeg itu, maka dari itu gue pengen banyak orang mengenal Jogja lebih dekat dengan segala keunikan dan keKhasannya. mulai dari kuliner seperti ankringan, gudeg, kopi jos dan lain2. kemudian budaya yang sangat masih kuat dipegang oleh orang Jogja, serta keberagamannya.
            oke lanjut gue jalan dan berhenti di benteng Vrederburg. diliaat dari namanya jelas banget ini peninggalan belanda. namun sejarah lengkapnya gue gak begitu paham, jadi mari gue ajak kalian liat n tanya sama simbah andalan mbah gugel (google).

"Arsitektur

Benteng ini dibangun sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan residen Belanda kala itu, dengan dikelilingi oleh sebuah parit (jagang) yang sebagian bekas-bekasnya telah direkonstruksi dan dapat dilihat hingga sekarang. Benteng berbentuk persegi ini mempunyai menara pantau (bastion) di keempat sudutnya. "
                                          "dah segitu aja copasnya dari bang Wiki.. (hahah.). "
           lanjut ajalah bos, gue maen disamping benteng ini ada sebuah monumen yah namanya yaitu MONUMEN SERANGAN UMUM 1 MARET. kalo soal sejarahnya itu monumen ayo buka buku pelajaran lagi. kalau gue ditanya jelas gak tau daripada sok tau, mending jujur mau belajar daripada sok pintar tapi AMBYAR.. hahah..
"    Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta secara besar-besaran yang direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Divisi III, Kol. Bambang Sugeng,untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI - berarti juga Republik Indonesia - masih ada dan cukup kuat, sehingga dengan demikian dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Soeharto pada waktu itu sebagai komandan brigade X/Wehrkreis III turut serta sebagai pelaksana lapangan di wilayah Yogyakarta. "



sekarang lanjut deh kita nongkrong di depan istana Jogja. karena cape dan udah mulai gerimis mengundang. hahah.. 
sambil nongkrong, kamera di tangan sayang dong kalo dianggurin makanya gue jepret-jepret aja dimana-mana, lumayan buang-buang Shutter.. #somseabis haha.. 
kali ini senjata gue masih pke yang lama yaitu Canon Eos600D lensa kit 18-55mm, maklum kaum duafa pkenya seadanya. hiks. 
dengan setia istri masih menemani tentunya dengan memberi air mineral serta beli sate Perko. haha.
ini foto ini reupload sebenernya http://masagungblog.blogspot.com/2015/04/belajar-jepret-di-malioboro-panning.html

Mbak bojo in action

onderdil dari sate perko, yang gak tau sebenernya sate perko adalah sate yang dijajakan
berkeliling dan biasanya di emperan gitu, dan bawaannya dibawa diatas kepala. 

seporsi sate dari mbak bojo yang beli dari sate perko


ini ni yang jual, moga dagangannya laris bu dan jadi berkah buat keluarga.



udah ah lanjut besok lagi, beberapa foto diatas sebenernya reupload dari pos gue yang disini, jangan takut klik aja dan cek karena gue gak nyepam n gak aneh2 bikin blog. tenang aja dan percaya gue.
keep posting


0 comments:

Post a Comment